Ini Alasan Kenapa Banyak Negara Merdeka di Bulan Juli dan Agustus
August 3, 2023
Indonesia akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaan ke-78 pada Kamis (17/8/2023).
Selain Indonesia, sejumlah negara lain juga merayakan kemerdekaan di bulan Agustus. Seperti Korea Selatan dan Korea Utara yang merdeka 15 Agustus dan Singapura di 9 Agustus.
Tidak hanya di bulan Agustus, mayoritas negara dunia mengalami peristiwa kemerdekaan pada bulan Juli hingga September. Berikut rinciannya.
Hari kemerdekaan negara dunia
Dilansir dari Thought Co. (20/10/2018), ada sekitar 196 negara di dunia. Beberapa di antaranya, mayoritas merdeka pada periode Juli-September. Berikut rinciannya.
Juli: total 22 negara
1 Juli 1867: Kanada
1 Juli 1960: Somalia
1 Juli 1962: Burundi
1 Juli 1962: Rwanda
4 Juli 1776: Amerika Serikat
5 Juli 1962: Aljazair
5 Juli 1811: Venezuela
5 Juli 1975: Cape Verde
6 Juli 1975: Komoro
6 Juli 1964: Malawi
7 Juli 1978: Kepulauan Solomon
9 Juli 1816: Argentina
9 Juli 2011: Sudan Selatan
10 Juli 1973: Bahama
12 Juli 1975: Sao Tome-Principe
12 Juli 1979: Kiribati
20 Juli 1810: Kolombia
26 Juli 1847: Liberia
26 Juli 1960: Madagaskar
26 Juli 1965: Maladewa
28 Juli 1821: Peru
30 Juli 1980: Vanuatu
Agustus: total 24 negara
1 Agustus 1291: Swiss
1 Agustus 1960: Benin
3 Agustus 1960: Niger
5 Agustus 1960: Burkina Faso
6 Agustus 1825: Bolivia
6 Agustus 1962: Jamaika
7 Agustus 1960: Pantai Gading
8 Agustus 1949: Butan
9 Agustus 1965: Singapura
11 Agustus 1960: Chad
13 Agustus 1960: Republik Afrika Tengah
14 Agustus 1947: Pakistan
15 Agustus 1947: India
15 Agustus 1945: Korea Utara
15 Agustus 1945: Korea Selatan
15 Agustus 1960: Republik Demokratik Kongo
15 Agustus 1971: Bahrain
16 Agustus 1960: Siprus
17 Agustus 1960: Gabon
17 Agustus 1945: Indonesia
19 Agustus 1919: Afghanistan
25 Agustus 1825: Uruguay
31 Agustus 1957: Malaysia
31 Agustus 1962: Trinidad-Tobago
September: total 25 negara
1 September 1991: Uzbekistan
2 September 1945: Vietnam
3 September 1971: Qatar
6 September 1968: Eswatini
6 September 1991: Latvia
7 September 1822: Brasil
8 September 1991: Macedonia Utara
9 September 1991: Tajikistan
15 September 1821: Kosta Rika
15 September 1821: El Salvador
15 September 1821: Guatemala
15 September 1821: Honduras
15 September 1821: Nikaragua
16 September 1975: Papua Nugini
16 September 1810: Meksiko
18 September 1810: Chile
19 September 1983: Saint Kitss-Nevis
21 September 1964: Malta
21 September 1991: Armenia
21 September 1981: Belize
22 September 1960: Mali
23 September 1932: Arab Saudi
24 September 1973: Guinea-Bissau
26 September 1907: Selandia Baru
30 September 1966: Botswana.

Sumber foto: pexels.com
Di sisi lain, 14 negara merdeka pada Januari, 9 negara di Februari, 10 negara pada Maret, 6 di April, 13 negara saat Mei, 14 di Juni, 16 negara di Oktober, 13 negara di November, dan 8 di Desember.
Jika dibandingkan dengan Juli, Agustus, dan September, lebih sedikit negara yang merdeka di bulan lainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Kenapa banyak negara merdeka di Juli-September
Ahli sejarah di Universitas Yale, Steven Pincus mengatakan mayoritas negara memilih memulai revolusi kemerdekaan, mendeklarasikan merdeka, atau mengadakan referendum pemisahan diri pada musim panas.
Periode musim panas umumnya berawal pada Juni hingga September di belahan Bumi utara sementara Desember hingga Maret di Bumi bagian selatan.
Periode Juli, Agustus, dan September termasuk bulan terpanas dan terkering dalam setahun di negara yang mengalami musim panas.
“Kondisi panas mungkin membuat orang gelisah,” kata Pincus dikutip dari National Post (7/7/2016).
Sebaliknya, bulan November, Desember, dan Januari umumnya terasa dingin. Pada periode ini disebutkan hanya 18 persen negara dunia yang merayakan kemerdekaan.

Sumber foto: pexels.com
Perang terjadi saat cuaca hangat
Pincus menyebutkan, di abad 20, peperangan demi mencapai kemerdekaan lebih sering terjadi saat cuaca hangat.
Akibatnya, kemenangan hampir pasti jatuh sebelum musim gugur atau pada periode September-November di utara dan Maret-Mei di selatan.
Pincus menyakini, para pejuang kemerdekaan akan bersikap lebih agresif di bawah suhu panas. Sebagai contoh, kerusuhan yang melanda Amerika Serikat pada 1967 terjadi di tengah suhu 27 derajat.
Selain itu, menurutnya, musim panas memudahkan negara-negara mengadakan perjanjian.
Laut yang tenang, ruang pertemuan yang tidak berangin, dan jalan raya yang bersih dari salju atau lumpur memudahkan mobilitas para pejuang.
“Oleh karena itu, sebagian besar asosiasi politik bertemu musim semi hingga musim gugur,” kata Pincus.
Dia mencontohkan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli jatuh pertepatan saat Kongres Kontinental berkumpul untuk menandatangani Deklarasi Kemerdekaan melawan Britania Raya.
Tidak selalu di musim panas
Meski banyak negara yang merdeka di tengah cuaca hangat bulan Juli hingga September, sejumlah negara di bagian selatan merdeka saat dilanda musim dingin.
Argentina yang merdeka pada 9 Juli 1816 tengah mengalami musim dingin di Bumi belahan selatan.
Estonia yang merdeka pada 24 Februari 1918 dan Serbia yang merayakan hari nasional pada 15 Februari 1804 masih dilanda salju.
Ada juga Pakistan yang merdeka pada 14 Agustus dengan alasan supaya Lord Mountbatten, raja muda terakhir India, dapat menghadiri perayaan di negara tersebut sehari setelah hari ulang tahun India 15 Agustus.
Terlepas dari itu, tanggal 1 Juli tetap menjadi salah satu hari yang paling banyak dirayakan sebagai hari kemerdekaan. Burundi, Somalia dan Rwanda sama-sama merayakan kemerdekaan pada hari tersebut.